Sabtu, 27 April 2019

Materi 10 : Materi Pengumpulan Data

                         "Materi Pengumpulan Data"

             
 Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses peneliti dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit. Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.
Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang berbeda, tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti. Pengumpulan data kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan data kuantitatif. Pengumpulan data statistik juga tidak bisa disamakan dengan pengumpulan data analisis.
Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang harus diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan kebenarannya.

ILUSTRASI DEFINISI PENGUMPULAN DATA (SAMUEL/UCEO)

DEFINISI PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan, dugaan tersebut disebut dengan hipotesis (Baca juga: Pengertian Hipotesis dan Langkah Perumusan Hipotesis). Untuk membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.
Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat dikategorikan sebagai berikut:

A. Menurut cara memperolehnya:

  1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.
  2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian.

B. Menurut sumbernya

  1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam sebuah organisasi
  2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan di luar sebuah organisasi

C. Menurut sifatnya

  1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
  2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

D. Menurut waktu pengumpulannya

  1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu tertentu
  2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/ kegiatan.


METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua istilah ini memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode pengumpulan data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

a. Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

b. Non participant observation

Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

3. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

4. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Dokumen primer

Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya: autobiografi

b. Dokumen sekunder

Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.




   Materi  5 "Kecepatan,Kepadatan Arus Lalu Lintas"



 : Perilaku pergerakan arus lalulintas pada suatu ruas jalan dan kemampuan ruas jalan tersebut dalam menampung arus lalulintas perlu mendapat perhatian khusus bagi perencana jalan karena akan menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan dari sistem jaringan jalan secara lebih luas. Volume (Q), kecepatan (U s ), dan kepadatan (D) merupakan tiga parameter utama yang sangat mempengaruhi karakteristik operasional arus lalulintas. Tulisan ini akan menjelaskan adanya saling keterkaitan antara ketiga buah parameter tersebut dan bagaimana pentingnya mengetahui hubungan antara ketiga buah parameter tersebut. PENDAHULUAN Dalam perancangan, perencanaan dan penetapan berbagai kebijaksanaan sistem tansportasi, teori pergerakan arus lalulintas memegang peranan yang sangat penting. Kemampuan menampung arus lalulintas sangat bergantung pada keadaan fisik dari jalan tersebut, baik kualitas maupun kuantitasnya serta karakteristik operasional lalulintasnya. Teori pergerakan arus lalulintas ini akan menjelaskan mengenai kualitas dan kuantitas dari arus lalulintas sehingga dapat diterapkan kebijaksanaan atau pemilihan sistem yang paling tepat untuk menampung lalulintas yang ada. Untuk memenuhi penerapan teori pergerakan lalulintas digunakan metode pendekatan matematis dan fisis untuk menganalisis gejala yang berlangsung dalam arus lalulintas. Salah satu cara pendekatan untuk memahami perilaku lalulintas tersebut adalah dengan menjabarkannya dalam bentuk matematis dan grafis. Suatu peningkatan dalam volume lalulintas akan menyebabkan berubahnya perilaku lalulintas. Secara teoritis terdapat hubungan yang mendasar antara volume dengan kecepatan serta kepadatan. Hubungan antara kecepatan dan arus lalulintas (volume) ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan nilai matematis dari kapasitas jalan untuk kondisi yang ideal. Hubungan antara kecepatan dan volume lalulintas secara mendasar dapat dinyatakan sebagai berikut: apabila arus lalulintas pada suatu ruas jalan bertambah maka kecepatan pada ruas jalan tersebut akan berkurang. Dengan menggunakan hubungan antara kecepatan dengan volume lalulintas, maka dapat diketahui peningkatan arus dan hasil kecepatan kendaraan pada ruas jalan tertentu sampai terjadinya kemacetan pada jalur tersebut. Hubungan kecepatan dengan volume lalulintas tersebut dapat dipakai sebagai dasar dalam penerapan Manajemen Lalulintas. 1 dipublikasikan di Jurnal Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil ITB, No 5, Hal 1 11, ISSN: Ketua Kelompok Bidang Keahlian Rekayasa Transportasi, Jurusan Teknik Sipil, ITB dan Wakil Ketua Program Magister Transportasi, ITB. 1
2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Dalam suatu pergerakan arus lalulintas pada jalan raya terdapat 3 (tiga) variabel utama yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik arus lalulintas yaitu: a. Volume (Flow/Q) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tinjau tertentu pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu (kendaraan/jam). b. Kecepatan (Speed/U s ) didefinisikan sebagai jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan persatuan waktu. Satuan yang biasa digunakan adalah meter/detik atau kilometer/jam. c. Kepadatan (Density/D) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan persatuan panjang jalan tertentu. Satuan yang digunakan adalah kendaraan/kilometer atau kendaraan/meter.. Hubungan Dasar Antara Kecepatan, Volume dan Kepadatan. Hubungan dasar antara variabel kecepatan, volume dan kepadatan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: dimana: Q = volume (kendaraan/jam) Us = kecepatan rata-rata ruang (km/jam) D = Kepadatan (kendaraan/km) Q = U s * D (1) Jika telah diketahui harga dua variabel diatas maka variabel lainnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus tersebut. 3. Hubungan Grafis Antara Kecepatan Volume dan Kepadatan Hubungan antara kecepatan, volume dan kepadatan dapat digambarkan secara grafis dengan menggunakan persamaan matematis yang merupakan persamaan dasar dari pergerakan arus lalulintas. Gambar 1 memperlihatkan saling keterkaitan antara variabel kecepatan, volume dan kepadatan dari suatu pergerakan arus lalulintas. - Hubungan kecepatan dan volume Hubungan mendasar antara kecepatan dan volume adalah: dengan bertambahnya volume lalulintas maka kecepatan rata-rata ruangnya akan berkurang sampai kepadatan kritis (volume maksimum) tercapai. Setelah kepadatan kritis tercapai maka kecepatan rata-rata ruang dan volume akan berkurang. - Hubungan volume dan kepadatan Pada gambar 1 dapat dilihat bentuk umum dari hubungan ini. Bagian 1 pada gambar tersebut adalah klasifikasi normal dan dikatakan sebagai kondisi arus bebas (free flow). Bagian 3 memperlihatkan kondisi mendekati arus tak stabil (approaching unstable flow). Pada saat di titik 3 merupakan kecepatan pada
3 saat kepadatan kritis. Bagian 3 4 menunjukkan kondisi arus tak stabil (unstable flow) dan bagian 4 5 menunjukkan kondisi terjadi kemacetan (forced flow). q (vehicles/hour) capacity tg (θ)= C/k 0 θ U s (km/hour) U f k (vehicle/km) U s (km/hour) 0 k 0 k (vehicle/km) q (vehicle/hour) Gambar 1: Grafik Hubungan Kecepatan, Volume, dan kepadatan - Hubungan kecepatan dan kepadatan Hubungan antara kecepatan dan kepadatan dapat dilihat pada gambar 1 dimana sebagai penyederhanaan hubungan tersebut dinyatakan linier. Secara umum kecepatan akan menurun apabila kepadatan bertambah. Kecepatan arus bebas (U f ) akan terjadi apabila kepadatan=0 (titik A) dan pada saat kecepatan=0 (titik B) maka terjadi kemacetan (jam density). Pada gambar 1 menunjukkan bahwa kepadatan akan bertambah apabila volumenya juga bertambah. Pada saat tercapainya volume maksimum maka kapasitas jalur jalan sudah tercapai (titik C). Setelah mencapai titik ini volume akan menurun walaupun kepadatan bertambah sampai terjadi kemacetan (titik B). 4. Hubungan Variabel Berdasarkan Pengamatan Lapangan (Linear Regression Approach) Model ini adalah model terawal yang tercatat dalam usaha mengamati perilaku lalulintas. Greenshields (1934) mengadakan studi pada jalan luar kota Ohio, dimana kondisi lalulintas memenuhi syarat karena tanpa gangguan dan bergerak secara tetap (steady state condition). Greenshields mendapatkan hasil bahwa hubungan antara kecepatan dan kepadatan bersifat kurva linier. Berdasarkan penelitian-penelitian selanjutnya, terdapat hubungan yang erat antara model linier ini dengan keadaan data di lapangan. Hubungan liner kecepatan dan kepadatan ini menjadi hubungan yang paling populer dalam tinjauan pergerakan lalulintas, mengingat fungsi hubungannya adalah yang paling sederhana sehingga mudah diterapkan. Model ini dapat dijabarkan sebagai berikut: U s = U f (U f /U j ). D () 3
4 dimana: U f = kecepatan rata-rata ruang dalam keadaan arus bebas = jam density (kepadatan pada saat macet total) D j Untuk mendapatkan nilai konstanta U f dan D j, persamaan () dapat diubah menjadi persamaan linier Y=A+BX dengan memisalkan U s =Y; D=X; U f =U f /D j =b. Kedua konstanta tersebut dapat dinyatakan sebagai kecepatan bebas (free flow speed) dimana pengendara dapat memacu kendaraannya sesuai dengan keinginannya dan kepadatan macet (jam density) dimana kendaraan tidak dapat bergerak sama sekali. Hubungan antara volume dan kepadatan dicari dengan mensubstitusikan persamaan () ke persamaan (1), didapat: Persamaan ini merupakan persamaan parabola Q=f(D) U f.d (U f /D j ). D (3) Bila D=Q/U s, maka berdasarkan persamaan (3) didapat hubungan volume dan kecepatan adalah: Q = D j. U s (D j /U f ).U s (4) Persamaan ini juga merupakan fungsi parabola antara Q=f(U s ). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika terdapat hubungan linier antara kecepatan dan kepadatan, maka hubungan antara kecepatan dengan volume maupun volume dengan kepadatan akan berfungsi parabolik. 5. Hubungan Variabel Berdasarkan Kondisi Batas Pendekatan ini diambil langsung dari syarat batas (boundary condition) titik-titik pada kurva dasar kepadatan, volume dan kecepatan. Drew dan Underwood memperlihatkan bahwa hipotesis dari volume lalulintas merupakan hubungan eksponensial antara kecepatan dan kepadatan yang dinyatakan sebagai berikut: dimana: U f = Kecepatan pada kondisi arus bebas = Kepadatan pada saat volume maksimum D m U s = U f. exp(-d/dm) (5) Untuk mendapatkan nilai konstanta U f dan D m, persamaan (5) dapat diubah menjadi persamaan linier Y=A+BX sebagai berikut: dengan memisalkan: ln U s =Y; D=X; ln U f =a; -1/D m =b ln U s = ln U f D/D m (6) Bila persamaan (5) disubstitusikan ke persamaan (1) maka hubungan volume dan kecepatan berupa: Q = D.U f.exp(-d/d m ) (7) Sedangkan untuk hubungan volume dan kepadatan adalah: 4
5 6. Hubungan Variabel Berdasarkan Analogi Fisik Q = U s.d m.ln(u f /U s ) (8) Hubungan ini dibuat dengan mengasumsikan bahwa arus lalulintas mempunyai kesamaan dengan arus fluida. Greenberg pada tahun 1959, menganalisa hubungan antara kecepatan dan kepadatan dengan mempergunakan asumsi persamaan kontinuitas dari persamaan gerakan benda cair. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut. dimana: U s = kecepatan rata-rata ruang (km/jam) D = kepadatan (kend/km) x = jarak (km) t = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak x c = konstanta du s /dt = -(c /D). (dd/dx) (9) Dengan menggunakan asumsi diatas, Greenberg mendapatkan hubungan antara kecepatan dan kepadatan adalah sebagai berikut: U s = U m.ln(d j /D) (10) Untuk mendapatkan nilai konstanta U m dan D j, persamaan (10) dapat ditransformasikan menjadi: D = D j exp (U s /U m ) (11) Persamaan (11) kemudian diubah menjadi persamaan linier Y=A+Bx sebagai berikut: dengan memisalkan: ln D=Y; U s =X; ln D j =a; 1/U m =b ln D = ln D j + U s /U m (1) Untuk hubungan antara volume dengan kepadatan berlaku persamaan Q = U m.d.ln(d j /D) (13) Dan untuk hubungan antara volume dengan kecepatan berlaku persamaan: Q = U s. D j.exp(u s /U m ) (14) Studi greenberg ini dilakukan di terowongan Lincoln (New York) dan dari percobaan menunjukan bahwa pendekatan ini merupakan model yang paling sesuai. 7. Analisa Persamaan Regresi Linier Model arus lalulintas yang umum untuk menentukan karakteristik spesifik seperti kecepatan dan kepadatan adalah analisis regresi. Metode ini dilakukan dengan meminimalkan total nilai perbedaan kuadratis antara observasi dan nilai perkiraan dari variabel tidak bebas (dependent). 5
6 Bila variabel tidak bebas linier terhadap variabel bebas, maka hubungan dari kedua variabel itu dikenal dengan analisis regresi linier. Bila hubungannya lebih dari dua variabel bebas tersebut sebagai analsis linier berganda. Bila variabel tidak bebas (Y) dan variabel bebas (X) mempunyai hubungan linier, maka fungsi regresi adalah: Y =A +BX (15) Konstanta A dan B dapat dicari dengan persamaan-persamaan dibawah ini: dimana: N = jumlah data yang diperoleh Xi = observasi ke i untuk x Yi = observasi ke i untuk y (Y i ).( X i ) (X i ).(X iy i ) A = (16) N.( X ) ( x ) i X i ( i N.( X iy i ) ( ).( Y i ) B = (17) N.( X ) x ) i Pengukuran untuk mengetahui sejauh mana ketepatan fungsi regresi adalah dengan melihat nilai koefisien korelasi (R). Jika R semakin mendekati 1, maka persamaan regresi semakin baik. i STUDI LAPANGAN 1. Lokasi Penelitian Dalam melakukan pengumpulan data hal yang pertama harus dilakukan adalah pemilihan lokasi survei. Pemilihan ini mempunyai maksud sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan data-data yang tepat untuk analisa lebih lanjut. b. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Dalam melakukan pemilihan lokasi perlu ditinjau beberapa kondisi untuk mendapatkan yang sesuai dengan kriteria pemilihan lokasi. Adapun kriteria dalam pemilihan lokasi tersebut sebagai berikut: a. Lokasi survei dilakukan pada pertengahan ruas jalan yang menghubungkan dua buah persimpangan baik dengan lampu pengatur lalulintas maupun tidak. b. Ruas jalan mempunyai lebar yang seragam. Apabila dijumpai parkir kendaraan ditepi jalan tersebut, maka lebar efektif jalan tersebut adalah lebar jalan yang dapat dilalui arus lalulintas. c. Kondisi perkerasan jalan dan desain geometrik jalan dalam keadaan baik, artinya jalan rata dan lurus d. Ruas jalan diusahakan sesedikit mungkin terjadinya gangguan, baik akibat kendaraan yang ingin memutar, masuk ke jalur lambat, lampu pengatur lalulintas dan gangguan dari pejalan kaki yang dapat mengganggu kelancaran arus lalulintas. 6
7 Data lokasi survey Jalan HR. Rasuna Said untuk 1 jalur sebagai berikut: - lebar jalan : 17.5 meter (jalu cepat dan jalur lambat) - lebar jalan efektif : 10.5 meter (jalurcepat) - Panjang jalan yang diamati : 00 meter Dengan pertimbangan ruas jalan tersebut masih dapat terlihat jelas di kamera dan waktu tempuh kendaraan yang dapat dihitung lebih teliti. GRAFIK U S VS D Gambar : Hubungan Kecepatan (U s ) dengan kepadatan (D) berdasarkan model Greenshields, Greenberg dan Underwood. Periode Survey Untuk mendapatkan hubungan matematis yang teliti perlu diperhatikan periode survey karena untuk mendapatkan hubungan tersebut memerlukan data volume dan kecepatan yang bervariasi. Dengan ketentuan diatas maka survey dilakukan selama 4 hari dalam waktu 8 jam. Dalam mencari hubungan-hubungan seperti telah dijelaskan diatas maka diperlukan data sebagai berikut: - Data kecepatan sesaat (spot speed) tiap jenis kendaraan - Data volume tiap jenis kendaraan 7
8 GRAFIK U S VS Q Gambar 3: Hubungan Kecepatan (U s ) dengan Volume (Q) berdasarkan model Greenshields, Greenberg dan Underwood Jenis kendaraan dibagi menjadi 4 jenis yaitu: - PV= Private Vihicle (sedan, taksi, pickup, minibus) - Micro Bus dan Micro Truck - Bus - Truck 8
9 GRAFIK Q VS D Gambar 4: Hubungan Volume (Q) dengan Kepadatan (D) berdasarkan model Greenshields, Greenberg dan Underwood 3. Perhitungan Volume Lalulintas Pengukuran data volume ini dilakukan secara manual dengan menggunakan counter, tiap lima menit dan untuk tiap jenis kendaraan. Dengan mengalikan faktor SMP (Satuan Mobil Penumpang) untuk tiap jenis kendaraan dan kemudian menjumlahkannya maka diperoleh volume total untuk lima menit. Nilai ekivalensi Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang dipakai dalam studi ini adalah: - Mobil Penumpang = Mikro Bus = Bus = Truk =.00 9
10 DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Perhitungan Kecepatan (U s ), Volume (Q) dan Kepadatan (D) Data kecepatan dan volume yang didapat dari survey dibagi menjadi tiap 15 menitan. Dengan menggunakan persamaan (1) maka akan didapat volume lalulintas (Q), kepadatan (D), kecepatan (U s ) dalam periode 15 menitan.. Hubungan variabel kecepatan (U s ), volume (Q), dan kepadatan (D) Dalam studi ini untuk mencari hubungan antara variabel-variabel diatas, digunakan beberapa studi yang dilakukan oleh Greenshields, Greenberg, dan Underwood seperti terlihat pada persamaan (1)-(14). - Analisis menurut studi Greenshields Dengan menggunakan persamaan () (4), hubungan volume lalulintas (Q), kecepatan (U s ), dan kepadatan (D) dapat dinyatakan sebagai berikut: U s = D R = 0.76 Q = 67.5 D D Q = 6.5 U s U s - Analisis menurut Studi Underwood Dengan menggunakan persamaan (5) (8), hubungan volume lalulintas (Q), kecepatan (U s ), dan kepadatan (D) dapat dinyatakan sebagai berikut: U s = exp ( D) R = 0.94 Q = D exp ( D) Q = U s ln (4.34/U s ) - Analisis menurut Studi Greenberg Dengan menggunakan persamaan (10)-(14), hubungan volume lalulintas (Q), kecepatan (U s ), dan kepadatan (D) dapat dinyatakan sebagai berikut: U s = 3.5 ln(978/d) R = 0.78 Q = 3.5 ln(979.8/d) Q = U s exp ( U s ) Untuk jelasnya hubungan antara variabel-variabel diatas berdasarkan model Greenshields, Greenberg, dan Underwood terlihat pada gambar 4. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari analisis yag telah diuraikan sebelumnya didapat beberapa kesimpulan yaitu: a. Hubungan variabel kecepatan (U s ), volume lalulintas (Q), dan kepadatan (D) dinyatakan dengan 3 (tiga) buah model yaitu: Greenshields, Greenberg, dan Underwood. Dengan mengetahui model ini dapat dilakukan analisis yang lebih 10
11 mendalam mengenai karakteristik lalulintas sehingga berbagai macam penanganan masalah transportasi dapat dilakukukan. b. Dari hasil analisi ketiga model tersebut, model Underwood memberikan tingkat akurasi terbaik (R =0.94). c. Dapat terlihat bahwa hipotesa yang menyatakan jika kepadatan bertambah maka kecepatan akan menurun telah terbukti dengan model Underwood mempunyai tingkat akurasi terbaik.. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan pada studi ini yaitu: a. Untuk mendapatkan hubungan variabel-variabel kecepatan, volume, dan kepadatan untuk kondisi non-perkotaan perlu diadakan survey pada beberapa lokasi sehingga akan disimpulkan karakteristik lalulintas untuk kota Jakarta secara umum dan menyeluruh. b. Untuk mendapatkan kondisi arus lalulintas yang sebenarnya dan menyeluruh maka survey harus dilakukan selama 1 hari penuh (4 jam), dan selama beberapa hari. DAFTAR PUSTAKA 1. Wohl, M., and martin, B.V. (1967) Traffic System Analysis For Engineers and Planner. Mcgraw Hill, New York.. Salter, R.J. (1976) Highway Traffic Analysis and Design. Mac Millan Press Ltd, London. 3. Pignataro, LJ. (1973) Traffic Engineering Theory and Practice. Prentice Hall, Inc. 4. Highway Research Board (1985). Highway Capacity Manual. National Research Council, Washington DC. 5. Hoobs, F.D. (1979) Traffic Planning and Engineering Practice, Pergamon Press Ltd. 6. Breiman, L. (1969) Space-Time Relationship in One way Traffic Flow. Transport Research. 11

Jumat, 26 April 2019

Materi 4 : Karateristik Lalu Lintas
Tugas :Rekayaa Lalu Lintas
 Nama : TryJuliantynur m
 NPM : 161630128


                   Materi Karateristik Lalu Lintas 


  Teori arus lalu lintas adalah suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan kendaraan antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain. Sayangnya, mempelajari arus lalu lintas sulit karena perilaku pengemudi adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi dengan pasti. Untungnya, pengemudi cenderung berperilaku dalam kisaran cukup konsisten dan, dengan demikian, aliran lalu lintas cenderung memiliki beberapa konsistensi yang wajar dan secara kasar dapat direpresentasikan secara matematis. Untuk lebih mewakili arus lalu lintas, hubungan telah dibuat antara tiga karakteristik utama: (1) arus, (2) kepadatan, dan (3) kecepatan. Hubungan ini membantu dalam perencanaan, desain, dan operasi fasilitas jalan.


Kecepatan[sunting]

Mengukur kecepatan lalu lintas tidak semudah yang dibayangkan, kita dapat mengukur kecepatan suatu kendaraan berdasarkan waktu atau berdasarkan ruang, yang hasilnya dapat berbeda sedikit satu dengan lainnya

Kecepatan rata-rata waktu/Time mean speed[sunting]

Kecepatan rata-rata waktu () = Rata-rata aritmatika kecepatan kendaraan yang lewat suatu titik:

Kecepatan rata-rata ruang/Space mean speed[sunting]

Kecepatan rata-rata ruang () Didefinisikan sebagai rata-rata harmonik kecepatan melewati suatu titik selama periode waktu. Hal ini juga sama dengan kecepatan rata-rata pada suatu panjang jalan tertentu.

Kaitan antara kecepatan rata-rata waktu dengan kecepatan rata-rata ruang[sunting]

Perhatikan bahwa kecepatan rata-rata waktu adalah kecepatan rata-rata melewati suatu titik yang berbeda dari kecepatan rata-rata ruang berarti kecepatan yang kecepatan rata-rata sepanjang panjang a.
Dua kecepatan yang terkait sebagai
Sebagai aturan praktis kecepatan rata-rata waktu yang berarti sekitar 2% lebih besar dari kecepatan rata-rata ruang berarti yaitu kecepatan
dimana:
  • = kecepatan rata-rata waktu
  • = kecepatan rata-rata ruang
  • = arus bebas (Kecepatan pada saat tidak macet)

Headway[sunting]


Visualisasi jarak antara dan waktu antara [2]

Jarak antara[sunting]

Jarak antara () = Adalah perbedaan jarak antara bagian depan kendaraan dengan bagian depan kendaraan berikutnya, yang dinyatakan dalam m.
Jarak antara rata-rata ()= Jarak antara rata-rata * Waktu antara rata-rata
Keterkaitan antara kepadatan dengan jarak antara adalah sebagai berikut:

Waktu antara[sunting]

Waktu antara () = merupakan perbedaan waktu antara bagian depan dari sebuah kendaraan melewati suatu titik tertentu dengan kedatangan bagian depan kendaraan berikutnya dinyatakan dalam detik.
Waktu antara rata-rata () = Rata waktu tempuh untuk satuan waktu tertentu dikali Jarak antara rata-rata.
Dimana:
  • = Waktu antara kendaraan n dan m
  •  = Jarak antara kendaraan n dan m

Hubungan Arus dengan Kecepatan dan Kepadatan[sunting]

Kapasitasjl.jpg
Hubungan antara peubah arus, kepadatan dan kecepatan lalu lintas ditunjukkan dalam rumusan berikut:
Hubungan antara besarnya arus/ volume lalu lintas dengan kecepatan(dalam hal ini kecepatan sesaat) dengan kepadatan lalu lintas secara grafis pada gambar sebagai berikut:
  • Hubungan kecepatan dan kepadatan adalah linier yang berarti bahwa semakin tinggi kecepatan lalu lintas dibutuhkan ruang bebas yang lebih besar antar kendaraan yang mengakibatkan jumlah kendaraan perkilometer menjadi lebih kecil.
  • Hubungan kecepatan dan arus adalah parabolik yang menunjukkan bahwa semakin besar arus kecepatan akan turun sampai suatu titik yang menjadi puncak parabola tercapai kapasitas setelah itu kecepatan akan semakin rendah lagi dan arus juga akan semakin mengecil.
  • Hubungan antara arus dengan kepadatan juga parabolik semakin tinggi kepadatan arus akan semakin tinggi sampai suatu titik di mana kapasitas terjadi, setelah itu semakin padat maka arus akan semakin kecil.

Satuan Mobil Penumpang[sunting]

Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus lalu lintas yang disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana besaran SMP dipengaruhi oleh tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak. SMP digunakan dalam melakukan rekayasa lalu lintas terutama dalam desain persimpangan, perhitungan waktu alat pengatur isyarat lalu lintas (APILL), ataupun dalam menentukan nisbah volume per kapasitas jalan (V/C) suatu ruas jalan. Di Amerika dan Eropa, satuan mobil penumpang dikenal dengan istilah passenger car unit atau PCU atau passenger car equivalent (PCE).

Besaran SMP[sunting]

Besaran satuan mobil penumpang bervariasi menurut lokasi apakah itu di perkotaan atau di jalan raya, ataupun di persimpangan. Tabel berikut menunjukkan satuan mobil penumpang yang biasanya digunakan di Indonesia yang diolah dari berbagai sumber termasuk manual kapasitas jalan Indonesia ditunjukkan dalam daftar berikut:
Jenis kendaraanJalan rayaPerkotaan
Mobil penumpang, taxi, pickup, minibus11
Sepeda motor0,5 - 10,2 - 0,5
Bus, truk 2 dan 3 sumbu32
Bus tempel, truk > 3 sumbu43