Air Permukaan
Jenis air permukaan merupakan air hujan yang mengalir diatas permukaan bumi dikarenakan tidak mampu terserap kedalam tanah dikarenakan lapisan tanahnya bersifat rapat air sehingga sebagian besar air akan tergenang dan cenderung mengalir menuju daerah yang lebih rendah, air permukaan seperti inilah yang sering disebut dengan sungai.
Pada umumnya, air permukaan mengalami pengotoran selama mengalir diatas permukaan seperti bercampur dengan lumpur, sisa daun dan batang kayu serta kotoran lainnya. Tingkat pengotoran air permukaan tergantung dari daerah yang dialirinya, jika di daerah urban/ perkotaan, air permukaan berkualitas sangat buruk karena sudah tercampur dengan bahan bahan kimia, sementara itu jika air permukaan pada hutan cenderung mengandung bahan bahan anorganik alamiah seperti air yang sudah tercampur humus dan sisa pelapukan organik seperti daun, batang pohon dan akar. Air permukaan terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Air Sungai
Merupakan jenis air permukaan dengan tingkat kekotoran yang sangat tinggi. Paling sering digunakan oleh manusia seperti untuk irigasi, transportasi dan untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Karena derajat pengotorannya begitu tinggi sehingga dalam penggunaan-nya untuk air minum perlu melewati proses pengolahan yang sempurna sehingga dapat di konsumsi secara aman.
Pada daerah hulu sungai umumnya memiliki kualitas air yang jauh lebih baik, sehingga tidak memerlukan proses rumit dalam pengolahannya untuk menjadi air minum. Masyarakat yang tinggal di daerah hulu sungai lebih memilih menggunakan air sungai, dibandingkan dengan air tanah karena perbedaan kualitas antara keduanya tidak begitu mencolok.
2. Air Danau/Telaga
Air permukaan yang mengalir dan menemukan sebuah cekungan akan membentuk danau jika cekungan tanah dalam skala besar atau jika cenkungan berskala kecil maka akan membentuk telaga. Danau biasanya memiliki sumber air dari sungai ataupun mata air (pada danau di dataran tinggi) dan memiliki aliran keluar.
Sedangkan Telaga dan rawa umumnya lebih disebabkan oleh air hujan yang tergenang di suatu cekungan tanah dan tidak memiliki aliran keluar, hal inilah yang menyebabkan kenapa air rawa berwarna. Kandungan zat zat organik yang tinggi misalnya humus tanah yang sudah terlarut menjadikan air berwarna kuning coklat.
Karena tingkat pembusukan bahan organik begitu tinggi dan sedikitnya jumlah air menyebakan kandungan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) akan tinggi juga ditengah tingkat kelarutan kandungan oksigen pada air rawa yang begitu rendah. Pada beberapa kasus akan dijumpai alga/ lumut pada permukaan air telaga/rawa jika kondisi sinar matahari dan kadar Co2 yang memadai.
Jadi ketika ingin memanfaatkan air rawa haruslah berhati hati dengan hanya mengambil air sampai kedalaman tertentu saja, supaya endapan Besi dan Mn tidak ikut terbawa. Jikalau seandainya terbawa maka, harus kembali diendapkan lagi. Akan lebih baik lagi jika memakai filter air sehingga lumut atau alga dapat terpisah dengan sempurna (Baca : Fungsi Danau).
3. Air Laut
1/3 luas bumi adalah lautan, zona laut merupakan zona terluas di bumi, setiap orang tentu mengetahui laut. Air laut merupakan penyumbang air terbesar di Bumi. Air laut memiliki rasa yang sangat asin. Namun sumber air lainnya sebenarnya dapat kita simpulkan berasal dari laut. (Baca juga : fungsi batas kelautan ZEE & Manfaat pasang surut air laut)
Air Angkasa
Yaitu air yang asalnya dari udara atau atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi. Perlu diketahui bahwa komposisi air yang yang terdapat di lapisan udara bumi berkisar 0.001 persen dari total air yang ada dibumi. Menurut bentuknya air angkasa terbagi lagi menjadi:
1. Air Hujan
Matahari berperan dalam mendorong proses terjadinya penguapan uap air yang ada di permukaan bumi naik hingga atmosfer. Disanalah uap air akan mengalami kodensasi sehingga berubah wujud menjadi titik air yang akan semakin berat dan akhirnya jatuh kembali ke permukaan bumi dalam bentuk hujan. Namun ada juga titik air yang sebelum sampai ke bumi sudah menguap lagi, ini disebut dengan Virga.
Saat terjadinya Virga maka proses penjenuhan udara akan berlangsung, semakin lama udara akan mencapai titik jenuh maksimum sehingga terjadinya hujan. Air hujan umumnya memiliki tingkat PH yang rendah sehingga cenderung bersifat asam dan tekstur lunak karena tidak mengandung garam dan zat zat mineral lainnya.
Proses kodensasi yang berlangsung pada daerah pengunungan yang udaranya belum terkena polutan maka akan menghasilkan air hujan dengan PH mendekati normal. Namun jika proses kodensasi terjadi pada daerah dengan tingkat polutan tinggi seperti daerah perkotaan dan industri maka PH air hujan nya akan rendah sehingga sering disebut dengan istilah hujan asam. (Proses terjadinya hujan)
2. Air Salju
Memiliki karakteristik yang sama dengan air hujan, hanya saja karena suhu udara disekitar yang lebih rendah sehingga titik air berubah menjadi es dan jatuh kembali ke bumi dalam bentuk kepingan es bertekstur lembut yang sering disebut dengan salju. Saat jatuh ke permukaan bumi yang suhunya sekitar 0 derajat Celcius maka salju akan meleleh dan menjadi pecahan kecil yang dinamakan kepingan salju.
3. Air Es
Proses pembentukan-nya sama dengan air hujan dan salju, hanya saja udara saat terjadi kodensasi lebih dingin lagi sehingga membentuk butiran es yang ukurannya bervariasi. Sebenarnya Es dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi asalkan tekanan udara saat itu juga tinggi. Jika tekanan udara sangat rendah, terkadang air belum berubah menjadi es meskipun bersuhu dibawah 0 derajat Celcius.
Air Tanah
Merupakan segala macam jenis air yang terletak dibawah lapisan tanah. Menyumbang sekitar 0.6 persen dari total air di bumi. Hal ini menjadikan air tanah lebih banyak daripada air sungai dan danau bila digabungkan maupun air yang terdapat di atmosfer. Air tanah dapat dikelompokkan menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Umumnya masyarakat lebih sering memanfaatkan air tanah dangkal untuk keperluan dengan membuat sumur hingga kedalaman tertentu. Rata rata kedalaman air tanah dangkal berkisar 9 hingga 15 meter dari bawah permukaan tanah. Meskipun volume-nya tidak sebanyak air tanah dalam, namun sudah sangat mencukupi segala kebutuhan seperti untuk air minum, mandi dan mencuci.
Banyak atau sedikitnya air tanah dangkal tergantung dari seberapa besar atau banyak air yang terserap tanah, jadi pada kondisi kemarau maka pasokan air tanah dangkal ini akan jauh menurun sehingga tidak mengeluarkan air lagi. Secara fisik air tanah dangkal jernih dan bening, hal itu terjadi akibat proses penyaringan di setiap lapisan tanah. Namun kandungan zat kimia seperti garam gara, terlarut.
USAHA PENYEDIAAN AIR
Perangkat tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 13/PRT/M/tahun 2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih (KSNP-SPAM) merupakan pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem penyediaan air minum, baik bagi pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, swasta dan masyarakat.
KSNP-SPAM adalah arah kebijakan nasional beserta strategi untuk mencapainya, ini menjadi panduan bagi daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi pengembangan SPAM di wilayahnya berdasarkan kebijakan dan strategi nasional, disini perlu digaris bawahi bahwa, peran pengembangan air minum tidak hana dipikul oleh PDAM tetapi juga dipikul oleh kementerian, dinas, lembaga dan badan lainnya baik pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, termasuk prakarsa dan swadaya masyarakat, industri dengan Corporate Social Responsibilty (CSR)-nya.
Meningkatkan ketersediaan air bersih dimasa mendatang merupakan hal terpenting bagi kehidupan semua manusia. Air sebagai salah satu hajat dasar manusia, ketersediaan air bersih adalah hal utama menjamin kelayakan keberlangsungan hidup. Tentu akan menjadi petaka bila krisis air terjadi. Dewasa ini tiap-tiap negara punya metode sendiri dalam menangani krisis air. Di beberapa negeri di mana angin yang menguntungkan terus-menerus bertiup, kincir-kincir angin mengangkat air ke permukaan dan juga berfungsi sebagai generator listrik. Di negara yang lebih kaya, mengubah air laut menjadi air tawar juga dipandang sebagai solusi yang tepat guna. Di banyak tempat, bendungan-bendungan raksasa menampung air sungai dan air hujan—metode yang sedikit banyak terbukti efektif, meskipun reservoir di daerah gersang bisa menyusut sekitar 10 persen karena penguapan.
Lebih dari 780 juta orang di seluruh dunia kekurangan akses air bersih, dan kemajuan dalam pencapaian target global untuk sanitasi yang memadai sangat diluar jadwal, upaya baru sedang dilakukan minggu ini untuk memastikan sanitasi dan air untuk semua. Pada pertemuan tingkat tinggi Sanitasi dan Air Untuk Semua (SWA), yang diselenggarakan hari ini di Washington, DC, menyatukan sekitar 60 menteri dari lebih dari 30 negara. Pertemuan yang diselenggarakan oleh UNICEF ini, akan menyepakati tindakan untuk memastikan bahwa akses ke sanitasi dan sumber air minum yang baik dapat menjadi kenyataan bagi miliaran orang yang masih hidup tanpanya.
Di Indonesia, kemajuan penting telah dibuat dalam dekade terakhir untuk meningkatkan akses terhadap sumber air yang lebih baik dan sanitasi yang baik, tapi masih banyak orang yang masih tidak mendapatkan haknya yang paling dasar," kata Perwakilan UNICEF di Indonesia Angela Kearney. "Hanya separuh dari penduduk Indonesia memiliki akses air bersih, dan kurang dari setengah memiliki akses ke sanitasi yang layak. Yang lebih mengkhawatirkan, ini hanyalah rata-rata - di Kalimantan Barat kurang dari satu dari lima rumah tangga memiliki akses ke air bersih, dan proporsi yang serupa untuk penduduk di Nusa Tenggara Timur dapat mengakses sanitasi yang memadai.
Prioritas utama, menurut UNICEF, harus mencakup pelaksanaan program air, sanitasi dan kebersihan di semua sekolah pada tahun 2020, dengan fokus khusus pada air dan sanitasi bagi masyarakat miskin perkotaan sebagai bagian dari semua program pembangunan perkotaan, dan alokasi sumber daya yang cukup untuk mencapai target air, sanitasi dan kebersihan di tingkat nasional dan sub-nasional.
Pelaksanaan program air, sanitasi dan kebersihan di sekolah tidak hanya meningkatkan ketersediaan sarana yang sesuai dan berkelanjutan di semua sekolah pada tahun 2020 tetapi juga memberdayakan siswa untuk menjadi advokat untuk perilaku baik dalam keluarga mereka sendiri.
Inisiatif masyarakat untuk meningkatkan sanitasi di Indonesia juga telah terbukti memberikan hasil positif, namun banyak proyek yang belum mencapai potensi penuh mereka - misalnya, lebih banyak upaya diperlukan untuk memastikan bahwa semua lima "pilar" dari sanitasi total tertangani, yaitu memastikan masyarakat tidak lagi melakukan praktik buang air besar sembarangan, mempromosikan cuci tangan dengan sabun, meningkatkan kebersihan pada air rumah tangga, dan memperkuat pengelolaan limbah padat dan cair.
Pada Pertemuan para menteri di Washington nanti, di mana Indonesia akan diwakili oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, akan mencari komitmen dari pemerintah, individual dan Kemitraan SWA secara keseluruhan untuk menargetkan dana untuk air dan sanitasi untuk mereka yang paling membutuhkan, dan memastikan bahwa rencana nasional dikembangkan untuk mencapai populasi yang belum terlayani di setiap Negara.
Seluruh masyarakat Indonesia bisa mengakses air minum yang layak mulai 2019. Target ambisius itu tertuang dalam program 100-0-100, yakni 100% ketersediaan akses air bersih, 0% kawasan kumuh, dan 100% ketersediaan akses sanitasi sehat. Untuk merealisasikan ketahanan air, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) secara masif membangun bendungan-bendungan di seluruh Indonesia beberapa tahun kedepan .
Kondisi ketersediaan air di Indonesia saat ini ialah 56 m3 per kapita per tahun. Jumlah tersebut masih rendah. Bahkan, situasinya menyerupai Ethiopia yang ketersediaan hanya berkisar 38 m3 per kapita per tahun. Dalam membangun bendungan, ada beberapa aspek yang wajib diperhatikan seperti tingkat risiko, biaya, dan dampak sosial yang akan timbul disebabkan adanya penggunaan lahan untuk fi sik bendungan. Hal itu sejalan dengan penerapan UU No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, dan Permen PU No 27 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bendungan.
Pembangunan bendungan akan dilakukan Kementerian PU-Pera apabila Komisi Keamanan Bendungan telah mengeluarkan sertifikat terkait dengan desain bendungan yang akan dibangun. Pada 2015, Ditjen SDA telah menyelesaikan 13 bendungan, dan 2016 ada sembilan bendungan yang pengerjaannya telah selesai. Harapannya pada 2019, melalui percepatan pembangunan bendungan, ketersediaan tampungan air bisa meningkat mencapai 14 miliar m3.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketahanan air sama pentingnya dengan ketahanan pangan dan energi nasional. Walaupun air bukan merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas yang akan habis nantinya, air yang diidentifikasi sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui suatu saat juga akan terjadi perebutan akan air di dunia, bahwa krisis air di dunia akan memberi dampak yang mengenaskan, tidak hanya membangkitkan epidemic penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan bencana kelaparan dan perang.
Amanat yang terkandung dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Sumber Daya Air meliputi berbagai aspek dan penerapannya sangat bergantung pada harmonisasi kebijakan yang berada di beberapa kementerian dan institusi terkait yang tugas dan kewenangannya terakit dengan sumber daya air. Untuk itu Tata Kelola Sumber Daya Air yang baik merupakan persyaratan utama dalam mencapai tingkat ketahanan air, selain ketahanan pangan dan energi yang baik dan berkesinambungan.
Tata kelola sumber daya air yang efektif memerlukan adanya penataan ruang air dan pemecahan konflik kepentingan antara lain dengan pemanfaatan ruang antara manusia dan air, perlunya keseimbangan dalam hal pembangunan infrastruktur sumber daya air baik dari sisi lokasi maupun alokasi air, tata kelola sumber daya air didasarkan pada wilayah sungai dan penegakkan hukum terkait banyaknya pelanggaran di bidang sumber daya air, tata ruang dan lingkungan hidup serta mempertimbangkan aspek-aspek terkait secara terpadu dengan paradigma sosial. Untuk mencapai ketahanan air, diperlukan dukungan institusi, aturan dan peraturan, kemampuan untuk mengelola perubahan, struktur manajemen yang terus disesuaikan dan adanya kerjasama dengan semua pihak agar mampu mengintegrasikan kompleksitas sosial dan alam.
Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan bahwa Indonesia mengalami kerugian setiap tahunnya sebesar 56 triliun rupiah (jumlah yang setara dengan 2,3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), hal itu diakibatkan dari buruknya kondisi air minum dan sanitasi. Tentu saja masalah air bersih di Indonesia ini adalah masalah bagi semua pihak, baik pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun masyarakat Indonesia.
Kita berharap setelah sekian lama berproses, akhirnya Pemerintah Republik Indonesia menghapus utang PDAM sebesar Rp. 3,9 triliun, pembayaran utang PDAM masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBDNP) 2016. No. 12 tahun 2016 yang telah diketok palu dalam sidang paripurna DPR di Senayan, Jakarta pada tanggal 28 Juni 2016. Sehingga diharapkan tata kelola PDAM seluruh Indonesia bisa lebih baik dan bagus dalam hal pelayanan bidang air minum dan air bersih untuk penyediaan air bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain dari pemerintah melalui PDAM untuk penyediaan air bersih dan air minum untuk semua, tentu perlu melibatkan masyarakat pada umumnya dengan kearifan lokal setempat untuk mengembangkan peningkatan dan penyediaan akses air bersih dan sanitasi di Indonesia. Sehingga juga akan terwujudnya air untuk semua.
SUMBER:
https://www.kompasiana.com/danilcotseurani/58c1094d91fdfda45655e748/meningkatkan-ketersediaan-air-bersih-di-masa-mendatang-refleksi-hari-air-sedunia-22-maret?page=all
Tidak ada komentar:
Posting Komentar